Larangan
makan di siang hari
Hampir
semua restoran di kota ini tutup di siang hari. Jika Anda pergi ke pusat
perbelanjaan, Anda akan menemukan food court yang kosong, kecuali satu
atau dua gerai yang buka untuk melayani pelanggan anak-anak atau manula.
Sekelilingnya pun tertutup rapat oleh tirai sehingga orang yang berpuasa tidak
akan menyaksikan siapa pun makan di depan mereka. Di kantor pun, karyawan tidak
diperbolehkan makan di meja mereka selama Ramadhan dan hanya bisa melakukannya
di tempat yang disediakan. Tidak boleh minum kopi di lift dalam
perjalanan menuju kantor; tidak boleh menyantap roti isi di mobil. Tidak boleh
makan sama sekali di depan umum. nafsu.
Sedikit
kerja, banyak istirahat
Kebiasaan
lain yang membuat hidup orang yang berpuasa di Dubai jadi jauh lebih mudah —
dan yang sangat saya sukai — adalah jam kerja yang lebih pendek. Kondisi ini
juga berlaku bagi karyawan non-Muslim. Kantor-kantor diwajibkan memangkas tiga
jam penuh dari waktu kerja karyawannya setiap hari.
Makanan
berlimpah ruah
Biarpun
kami semua tahu inti berpuasa bukanlah makan sebanyak mungkin setelah matahari
terbenam, makanan masih memegang peran utama dalam kehidupan kita selama
Ramadhan. Dubai pun tidak terkecuali. Setiap restoran di kota ini akan
menyediakan menu berbuka puasa istimewa, mulai dari prasmanan berbagai hidangan
hingga paket lima makanan dengan harga terjangkau.
Hotel-hotel
akan berlomba-lomba menarik pengunjung dengan mendirikan tenda-tenda besar di
luar khusus untuk bulan Ramadhan. Sebagian besar dari tenda ini hampir selalu
didekorasi dengan penerangan yang cantik dan menyenangkan, termasuk hiasan
berupa lentera dan lilin dengan semilir aroma lembut bakhoor (wewangian
dari kayu oud yang dibakar di dalam dupa) semerbak di udara. Akan ada prasmanan
besar yang terutama berisi hidangan tradisional Arab khas Ramadhan, selain
sajian India dan Asia. Mulai dari berbuka puasa hingga menjelang isya, orang
akan berbondong-bondong datang untuk makan dan bersantai di tenda-tenda ini.
Tempat shalat jelas disediakan bagi mereka yang ingin menunaikan shalat
maghrib, tapi sejujurnya, di sana lebih banyak orang yang makan daripada
shalat.
Suasana dalam tenda Ramadhan di
Jumeirah Beach Hotel
Akan
tetapi, pengunjung tenda-tenda Ramadhan bukan hanya yang berpuasa. Banyak
perusahaan juga menggelar buka puasa bersama di sini. Mulai dari isya hingga
sekitar pukul 2.00 pagi, tenda-tenda ini melayani pesanan untuk sahur. Hidangan
yang lebih ringan pun disajikan, shisha ditawarkan dan orang-orang
dipersilakan untuk datang dan bersantai hingga tengah malam.
Acara-acara
TV tak berguna
menjalani
Ramadhan di Dubai serial TV tak bermutu yang khusus ditayangkan di bulan suci
ini. Selain drama seri Omar yang mulai tayang tahun lalu,
program-program TV benar-benar tidak ada hubungannya dengan Ramadhan atau
Islam. Setiap episode ditayangkan setiap hari tepat sebelum waktu shalat
tarawih. Akibatnya, kaum lelaki pemalas lebih suka tinggal di rumah untuk
menonton TV daripada pergi ke masjid untuk shalat.
Kedamaian
di Masjid
Tepat
sebelum maghrib, para relawan datang dan menggelar acara buka puasa untuk fakir
miskin, biasanya disponsori oleh penduduk Uni Emirat Arab yang kaya raya.
Setiap malam, selama shalat isya, tarawih dan tahajud, masjid dijejali para
jemaah. Suara tilawah Quran menggema hingga ke jalan.
Inilah
momen ketika suasana damai menyelimuti saya, mengingatkan saya bahwa saya
memang sedang berada di negara muslim. Umat muslim dari berbagai latar belakang
di Uni Emirat Arab mungkin menafsirkan Ramadhan secara berbeda, tapi yang
pasti: Di sini ada sesuatu untuk setiap orang.
Menurut adat istiadat setempat, warga asli Dubai tetap mempertahankan
tradisi untuk mengenakan jubah mereka dan bahkan bangga mengenakannya.
Sebab orang-orang di sini lebih respek kepada orang yang mengenakan
jubah tersebut. Di UEA, warga asli lebih dihormati, yang ditandakan
dengan tetap penggunaan jubah tradisional mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar